panas..
peluh mengucur..
silau menerpa dari kaca bus..
perjalanan dipatiukur-jatinangor..
bagi penumpang sebagian, berarti mimpi indah ditengah tidur pulasnya, bagi sebagian yang lainnya, berarti penyiksaan karena harus berdiri selama satu setengah jam di dalam bus kota yang penuh sesak, bagiku..berarti saatnya mengumpulkan cerita tentang perjalanan itu sendiri..
di jalan diponegoro..
seorang bapak tua rela menepungi wajahnya dengan bedak, melukis bibir dan pipi dengan lipstik murahan, menebali alis dan menyapu kelopak matanya dengan bubuk hitam dari arang. Kostum kuda lumping telah ia pakai dari subuh tadi. Dengan berbekal musik seadanya, ia berjoget sekenanya dan berjalan melintasi jalanan saat lampu merah, berdiri di depan mobil-mobil yang berhenti, menengadahkan tangannya, berharap seorang dermawan mengulurkan tangan dan memberikan recehan uang. Tapi, satu-dua-tiga mobil ia dekati, tak satupun calon dermawan itu menjadi benar2 dermawan dengan sedikit saja rela membuka jendela mobilnya untuk memberikan uang recehannya pada bapak tua itu. Miris...
di jalan laswi..
seorang nenek duduk dibawah tiang banner sebuah iklan jaringan telepon selular..
pandangannya kosong, air mukanya menyiratkan kepedihan yang dalam dan panjang. Seorang nenek itu nampaknya bernasib sama dengan bapak tua "kuda lumping" itu, menggantungkan nasibnya pada belas kasih orang lain, mengganjal perutnya dengan sesuap nasi yang didapat dari meminta2 pada calon dermawan yang melintasinya. Tapi lagi-lagi tidak ada yang benar2 menjadi dermawan, calon2 dermawan itu hilir mudik saja tanpa peduli pada sang nenek. Miris lagi...
di dalam bis damri...
sekelompok pengamen jalanan membawa sebuah kardus bergambarkan berita yang akhir2 ini memenuhi setiap chanel TV, Palestina..
Tidak seperti pengamen lainnya, sekelompok pengamen itu berusaha menggalang dana untuk membantu para korban kekejaman zionis yahudi di Palestina. Salut..
Kontras bukan..
pengamen saja yang hidupnya masih menggantungkan pada kebaikan hati para calon dermawan masih berusaha untuk membantu saudara2nya (saudara2 kita juga) yang nasibnya lebih buruk dari mereka..
lalu apa kabar dengan kita ?
sang calon dermawan itu.. yang jelas2 bernasib lebih baik dari mereka..
itulah sekelumit cerita yang kudapat dari bus damri jurusan dipati ukur-jatinangor..
lebih baik dari sekedar bermimpi indah ditengah tidur nyenyak dan mengeluh kesal karena harus berdiri selama satu setengah jam dalam bus kota penuh sesak itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar