Selasa, 29 September 2009

kesatria penunggang kuda


baru sadar, saat seseorang menyadarkan, saya baru saja hilang kesadaran..

lama sekali..

hampir 3 tahun aku belajar menapakinya, mulai dari merangkak hingga hampir bisa berlari, kemudian mencoba mendakinya, meski sulit dan berkali-kali terjatuh aku terus berjuang, setidaknya untuk menguatkan kakiku, agar bisa mendaki lebih tinggi lagi..

tapi, semua usaha itu hampir saja sia-sia (jika tidak ingin dibilang musnah). Cuma karena satu kilau di kaki dunia yang begitu menggoda, ohh... aku yang tak pernah melihat indah kilau itu perlahan-lahan menghentikan segala usaha, dengan sebuah alasan 'beristirahat sejenak' aku pun turun dan menghampirinya..

kilau itu bernama cinta..

Tapi naas, kesenangan yang aku dapatkan berbuah keteguhanku yang sedikit demi sedikit mulai luntur, pertahanan yang sedikit demi sedikit mulai goyah lalu hancur dan ketidakmampuanku berlari apalagi mendaki untuk meraihnya kembali. Aku kini tersungkur, bersama sayatan hati dan kelumpuhan jiwa yang membuat jarakku semakin jauh dari puncak itu.

Kini, semuanya seperti harus mulai dari nol lagi. Belajar merangkak lagi, menguatkan kaki lagi, mencoba berlari dan mendaki dengan sisa tenaga dan tubuh yang tak sesempurna dahulu, sambil terus mengobati sayatan hati dan kembali menguatkan jiwa agar tak perlu ada kilau2 indah menggoda lainnya yang perlu kusinggahi.

Lalu dia..

Yang datang dan ikut memberiku kesadaran pun harus segera kulewati, jika tak ingin menyebutnya kilau indah yang menggoda, tidak..! dia terlalu baik untuk kusebut itu. Bagiku, dia hanya kesatria penunggang kuda yang memberiku cambuk, lalu menyadarkanku untuk kembali berlari, sebab peperangan belumlah usai. Berlari bukan untuk sembunyi, tapi menyiapkan bekal untuk menghancurkan segala berhala dunia yang telah lama bersemayam dalam jiwaku.

Lalu pergilah.. jika tak ingin kilaumu melemahkan semangatku..

Teruslah berperang hingga kemenangan menghampirimu. Demikian juga aku.

Dan aku tahu kau disana, tetap melihatku. (Semoga)

Terima kasih untuk semuanya.. kesatria penunggang kuda.. :)



Semoga Allah senantiasa memberkahi dan memberi keselamatan padamu.

Sabtu, 19 September 2009

Kemenangan yang tak terayakan..

Tak bermaksud sedikitpun merusak suasana bahagia hari raya..
Kali ini, aku (lagi-lagi) hanya ingin mencurahkan rasa yang berbeda dari sebagian yang lainnya. Bahagia. Mungkin itu yang dirasa oleh kebanyakan yang lain. Bahagia menyambut hari raya setelah satu bulan menahan haus dan dahaga. Bahagia merayakan hari raya dengan berkumpul bersama keluarga. Bahagia memakai baju dan sepatu baru, serta berbagai hal yang menjadikan hari raya pantas dirayakan dengan bahagia. Dan aku tentu mengalami hal yang sama. Tapi, tiba-tiba jauh disudut ruang kecil terdalam hatiku, ada yang berbisik.."Selamat..anda kalah telak !". Lalu, masih pantaskah aku berbahagia..?

Merayakan hari kemenangan sudah sepantasnya dilakukan oleh orang2 yang menang.., bagi yang kalah.. adakah kata ikut merayakannya??. Terlalu kejam memang jika jawabannya adalah tidak ada. Tapi, terlalu aneh juga jika jawabannya adalah ada. Karena, hari kemenangan hanya untuk yang MENANG !

Sayangnya, aku kalah telak!
Lalu, pantaskah aku merayakan hari kemenangan esok ..??
Semoga masih ada waktu, untuk berbalik menyerang, dan merebut kembali panji itu.
Lalu MENANG !

Jumat, 11 September 2009

Benang Kusut


Benang Kusut.
Seperti benang kusut, berbagai persoalan yang terjadi dalam diri saya. Bukan tanpa sengaja, saya sadar bahwa semuanya diakibatkan oleh diri saya sendiri. Kelalaian saya dalam mengatasi masalah yang selalu menunda dan menganggap entang satu persoalan adalah penyebabnya.
Hal lain, yang juga menyebabkan kekusutan itu adalah satu hal yang selalu saya anggap penting yang menyebabkan saya mengenyampingkan banyak hal lain yang mestinya jauh lebih diprioritaskan. Satu hal itu terlalu banyak menyita perhatian saya, hingga kadang masalah lain yang lebih penting menjadi terlupakan. Padahal, satu hal itu bisa saja dengan mudah saya atasi jika saja saya bisa lebih memberdayakan logika daripada perasaan.
Satu hal itu adalah masalah rasa. Menurut saya, masalah rasa adalah masalah yang tidak perlu diselesaikan, tapi cukup dilupakan. Tentunya itu tidak berlaku bagi semua masalah rasa, hanya beberapa saja. Tapi, saya yakin, untuk masalah rasa yang satu itu, saya hanya butuh energy untuk mengalihkan segala perhatian saya ke hal-hal yang lebih penting dan lebih bermanfaat untuk diri saya.
Saya tidak bisa membiarkan benang itu terus kusut, karena jika saya ingin menyatukannya dengan benang-benang yang baru, maka benang-benang baru tersebut akan ikut kusut karena terus tertarik dalam kumparannya. Benang kusut itu butuh diurai kembali, meski membutuhkan energy yang lebih besar dari biasanya dan waktu yang lebih lama dari sebelumnya. Ini penting, demi kebaikan kehidupan saya kedepannya.

Satu janji dan harapan saya.
Semoga, benang-benang tersebut dapat cepat kembali terurai dengan sebagaimana mestinya.
Amin.

Selasa, 08 September 2009

Kembali lagi

Rasanya aneh, setelah bertahun-tahun gak ketemu, pada satu waktu dipertemukan kembali dalam satu moment yang sangat biasa, tapi berefek menjadi sangat tidak biasa.

Gak aneh sebenarnya, ada hal-hal yang tidak pernah bisa dicerna oleh pikiran manusia yang kemudian terjadi dan dialami oleh kita. Banyak contohnya, gak akan saya uraikan satu persatu. Hmm... intinya, semua bisa terjadi. Nothing is imposible.

Seperti ini contohnya, mungkin akan terdengar picisan dan mellow. Saya jatuh cinta. heeeuuuu... Tapi, wajar kan. Toh sekuat apapun saya, saya tetaplah manusia, tetap wanita, punya hati, punya rasa. Kalau di tulisan2 sebelumnya saya sering menuangkan perasaan yang menunjukkan betapa saya ingin melawan rasa itu, kali ini.. biarkanlah semuanya berjalan apa adanya. Seperti air yang mengalir, air yang tenang dengan arus yang kecil, semoga.

Pertanyaannya, kemanakah rasa ini akan bermuara, pada laut yang tepatkah, atau lagi-lagi saya salah alamat, berlabuh pada dermaga yang salah..?? Tidak ingin lagi banyak berspekulasi, saya mendapat saran dari seorang teman agar saya lekas mendapat kejelasan dengan menanyakan langsung pada orang yang saya harapkan menjadi laut saya itu, apakah.. dia juga mencintai saya ?

TApi, ahh...tidak-tidak, itu bukan saya. Saya sudah pernah melakukan kesalahan, dan tidak ingin seperti keledai yang jatuh lagi kelubang yang sama, maka saya tidak akan mengulangi kesalahan tersebut. Lagi-lagi, biarkan.. biarkan semua berjalan apa adanya, meski tanpa usaha yang berarti, saya yakin semua pasti ada hasilnya, meski itu bukan hasil yang saya harapkan.

Cuma berdoa pada Tuhan, semoga kali ini, segalanya tidak lagi sia-sia.

Related Posts with Thumbnails