Terima kasih untuk kata-katamu.. meski tak tahu itu untuk siapa, setidaknya menyadarkanku untuk benar-benar menuntaskan semuanya. Demi kamu, demi aku, demi kebaikan kita..
Tuhan Maha Benar, sekian masa Ia mengingatkanku, tapi selalu saja peringatan itu terabaikan. Kini, kau turut mengingatkanku dengan cara yang mungkin tak pernah kau sadari. Tuhan cinta aku. Maka hingga saat ini pun, Ia tak memberi izin siapapun menempati satu ruang hati ini, termasuk kamu. Meski satu sisi hati yang lain menginginkannya..
Tapi sudahlah, toh sebenarnya ini sudah menjadi makanan keseharianku. Vitamin untuk jiwaku. Beginilah caraNya menguatkanku, dengan memberikan satu masalah yang sama yang menjadi titik kelemahanku, terus menerus hingga Ia tahu jiwaku telah cukup tertempa kuat, hingga aku lulus dalam ujian ini dan siap melewati tahapan selanjutnya.
Maka, biar kuhadiahkan dua buah mata pisau untuk kita sama-sama membunuh rasa ini, meski kita berbeda dalam merasakannya, meski berbeda dalam wujudnya.
Maka biarkan jiwa kita lepas, seperti burung yang bebas hinggap pada dahan manapun untuk berteduh, tanpa ada sedikit pun kecenderungan untuk memilih dahan-dahan yang bukan tempatnya. Biarkan insting dari Tuhan yang membimbingnya. Untuk lepas..
Hingga.....
Hmmphh...
Tak ada lagi yang bisa kuungkap..
hanya
Terima kasih..
sadar.. takkan pernah bisa melupakan semua ini, tapi semoga bisa menjadi kenangan manis sekaligus pelajaran berharga untukku.
dan untukmu..
berlarilah semakin kencang.. Allah bersamamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar