Sabtu, 10 April 2010

rumah

ini yang disebutnya rumah..
bukan dalam wujud sebenarnya, hanya suatu tempat dalam jiwanya, yang kecil, sederhana tapi membuatnya merasa nyaman.. jauh dari hingar-bingar, tak ada kilau dunia yang sering membuatnya lupa, lupa akan hakikat dirinya.. ia rindu itu, rindu pada rumah itu..

ini yang disebutnya rumah...
ketika ia hanya sendiri. tanpa siapapun, baik di samping maupun di dalam hatinya.. ia yang tak pernah mengeluh saat sepi menyinggahi, saat gelap mengendap, saat petir bergemuruh, saat hujan deras tak henti membasahi rumahnya, saat genangan air memenuhi terasnya.. ia asyik bermain, bukan asyik, tapi khusyuk bermain.. membasahi kaki2nya dengan sisa genangan air hujan, menemani burung bernyanyi, burung yang tiap hari hinggap di dahan pohon depan jendela kamarnya, mengikuti kemana awan berjalan, awan yang selalu berubah bentuk, sesuai dengan suasana hatinya.. kadang bentuk hati, bunga, atau bahkan sebilah pisau.. ia yang selalu bahagia, bahagia dengan rumah kecilnya..

ini yang disebutnya rumah..
saat sendiri, karena kesendirianlah yang membuatnya kuat.. karena sendiri, maka siapa lagi yang ia anggap bisa menemani, hanya Dia.. hanya Dia yang ia anggap pantas, pantas menemaninya dalam rumah kecilnya.. cuma Ia, yang sanggup mengganti kesenangan yang suatu saat bisa saja dicabut-Nya dari rumah kecilnya.. maka ia pun bersiap untuk hal itu, jika suatu saat tak lagi ia dapat bahagia itu.. setiap malam, setiap malam ia mendekat, berucap, bersujud, memohon, menangis, melafalkan ayat-ayatNya.. setiap malam menjelang fajar menyapanya kembali.. hingga ia dapat, ia dapat merasakan kehadiranNya dalam sebentuk rasa "manis" yang merasuki jiwanya.. ah, alangkah bahagianya ia saat itu..

ini yang disebutnya rumah..
rumah yang kini kosong, ditinggal pemiliknya..
hingga ia ragu, masihkah sama, jika ia kembali menempati rumah itu.. ah terlalu lama ia pergi, hingga ia merasa tak pantas lagi menempatinya.. rumah yang tetap bersih, tetap sepi, masih dengan pohon yang sama di depan jendela kamarnya, masih dengan awan yang sama di langitnya, awan yang selalu berubah bentuk..
tapi..
tak ada lagi burung bernyanyi, yang terdengar hanya bising deru kendaraan..
tak ada lagi bentuk hati dan bunga pada awan, yang terlihat hanya api.. ya, awan yang serupa bola api. bukan..! bukan matahari, tapi itu bola api yang membakar rumah kecilnya, juga pisau-pisau mengelilingi rumahnya yang terbakar.. ah, untunglah.. itu hanya ia lihat pada awan, hanya menyerupai, bukan keadaan yang sebenarnya..

hingga ia sadari kemudian, dunia memang telah berubah, dan hidup tak lagi sama..
tapi ia tetap rindu..
rindu pada rumah kecilnya yang dulu..

aku rindu..-_-

2 komentar:

Turfa mengatakan...

4 jempol buat kaka....

Qoirina mengatakan...

Rumah akan semakin indah bila banyak kau hadirkan tawa dan sapa disana. Semoga Rumah "sunyi" mu itu selalu memeluk hangat hati dan raga.
Salam santun....

Related Posts with Thumbnails