Rabu, 01 Juli 2009

Makna Citra Bagi Hidup Seseorang

Citra.. pada kesempatan kali ini saya bukan hendak menjelaskan makna ataupun arti dari kata citra, tapi saya hanya bermaksud untuk membagi pengalaman tentang seseorang dalam memandang arti citra bagi dirinya. Dan inilah citra baginya ...

Sejak kecil ia dibesarkan dengan keluarga dan lingkungan yang secara halus membentuknya menjadi seseorang yang sempurna dan sesuai harapan keluarganya. Terlebih, kedua orang tuanya cukup terpandang dikalangan masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Alhasil, hingga beranjak remaja, ia tumbuh sebagai seorang diri dengan citra positif tanpa pernah menikmati kenakalan-kenakalan wajar khas remaja seusianya. Jadilah ia bak seorang putri. Voilaa...

Sampai akhir remaja, kehidupannya berjalan mulus, meski terkadang kerikil2 kecil menghadang, namun ia masih bisa melewatinya dan tanpa mengganggu citra dirinya. Hingga tibalah waktu dimana batu2 yang lebih besar mulai menghadang dan mulai sedikit menodai citra dirinya.

Tapi lagi-lagi, Tuhan berbaik hati padanya, ia masih diselamatkan dari keterpurukan citra diri dan keluarganya. Tuhan memperingatkan sesuatu meski dengan cara yang tidak mengenakan. Tapi, yang ia pikirkan saat itu hanyalah prasangka bahwa Tuhan menolong manusia dengan berbagai cara, dan bagaimanapun caranya haruslah disyukuri karena itu semua bagian dari skenarioNya untuk menunjukkan yang terbaik dalam hidupnya.

Akan tetapi layaknya sebuah roda, kehidupan ini selalu berputar. Beranjak dewasa, ia dihadapkan pada dunia yang sebenarnya, bukan lagi hanya di lingkungan 'istana' tempat ia tinggal, tapi lebih luas dimana semua orang dengan berbagai citra mengelilinginya. Ia, yang selama hidup belum pernah merasakan 'hidup' di dunia 'sebenarnya' itu pun menjadi gamang. Melihat orang2 dengan berbagai citra yang dimiliki terkadang membuatnya ingin memiliki citra yang sama. Ia juga sempat berpikir dan menyesal akan pembentukan citranya dahulu yang tidak melibatkan dirinya. Ia hanya tau jadi, tanpa pernah mengerti alasan mengapa harus begini dan mengapa harus begitu. Hingga pada suatu saat ia sampai pada satu kesimpulan dimana ia tidak ingin lagi selalu terbebani citra keluarga yang telah sedemikian rupa membentuk citra dirinya, yang membuatnya terkadang sulit menemukan dan mengerti siapa dirinya sebenarnya.

Dan kini, cuma satu keinginannya, membentuk kembali citra diri sesuai dengan keadaan dirinya yang sebenar2nya, tanpa perlu terbebani citra siapapun dan terpengaruhi oleh apapun, juga dengan tidak merusak atau menodai citra orang yang telah begitu berjasa padanya.

Semoga saja keinginan itu tidak ketinggian.

Begitu pintanya.
Amiinn..

Tidak ada komentar:

Related Posts with Thumbnails