sementara dering telepon mengganggu.. seperti kenanganmu yang terus saja berputar di kepalaku..
pada sebuah dunia yang kuciptakan sejak kau datang, disana aku menaruhmu, disana aku memberimu hidup, disana kita membagi hati dan hari-hari..
entah mengapa kau selalu bilang: lari dan menarilah sendiri..
kau tak pernah tahu, selalu menyakitkan ketika mendapati jejak kaki sendiri, ketika yang kuikuti hanya langkah-langkah lemah dari kaki yang tak kunjung kuat sejak kau menetap dan bilang ingin pergi cepat..
aku meluruh, dan tak sanggup hapus jejak itu..
memang, selalu ada genggam tangan dan telinga yang ingin selalu mendengar..
sayangnya, aku selalu menyimpannya sendiri..
aku hanya ingin berbagi ini dalam dunia yang kuciptakan, bersamamu..
ya, aku egois, dan kamu arogan..
aku tuli, ketika berjuta teriakan datang bersama petir yang menggelegar..
teriakan yang menginginkan aku pergi, membunuh sosokmu, menyebabkan kau mati sesak kehabisan energi untuk memberiku hidup..
mereka tak tahu, bahwa hanya aku yang sesak, lalu mati..
sementara kau melenggang pergi, memunggungiku, kembali pada Bumi yang memelihara hatimu jauh sebelum aku..
dan aku di sini yang koyak, tetap memelihara sosokmu yang tertinggal..
masih kusuapi kau dengan sisa-sisa tenaga, sementara aku terus luruh dan habis..
masih kutawari kau dengan air mineral sisa kenangan yang sumbernya kita gali bersama.. yang mungkin kini kau sudah lupa dimana letaknya..
masih kukeringkan rambutmu yang kuyup kehujanan di jalan, dengan sehelai kain yang kurajut malam sebelumnya.. yang mungkin hanya kau anggap kain lusuh yang sudah lama tertumpuk dalam lemariku yang lembab..
hah.. masih juga sisamu yang tertinggal itu mengerjaiku, padahal tenagaku sudah habis meski hanya untuk menjawab salammu..
aku lelah, dan ingin istirahat..
jadi tolong, jangan menyuruhku pergi, kecuali kau memberiku sedikit energi..
tapi tidak kan?
jadi ya sudah, aku ingin tidur saja...
sementara kau pergi, lalu ketika bangun, aku sudah lupa..dan..
semua sudah berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar